Company-Community Partnerships for Health in Indonesia (CCPHI) mengadakan HBRI ke-19 pada tanggal 24 Oktober 2012 di Jakarta. PT. Maligi Permata Industrial Estate (MPIE), sebuah perusahaan yang mengoperasikan kawasan industri di Jawa Barat, dan Southeast Asian Ministers of Education Organization for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP), sebuah pusat penelitian biologi daerah tropis, memberikan presentasi tentang kemitraan mereka, berjudul "Telaga Desa: Agriculture and Environment Education Park di Karawang International Industrial City (KIIC), Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia."
Sinar Mas, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, menjadi tuan rumah acara tersebut. Riris Sundrijo dari Pacivis UI, sebuah lembaga yang berafiliasi dengan Universitas Indonesia, menjadi moderator pertemuan, yang dihadiri oleh 66 peserta yang mewakili 13 perusahaan, 23 LSM, 1 asosiasi, dan 3 lembaga pendidikan.
Nama program Telaga Desa, yang dimulai pada tahun 2007, mengacu pada sebuah telaga di desa yang terletak di wilayah KIIC. MPIE mengoperasikan Telaga Desa sebagai pusat pelatihan bisnis pertanian untuk masyarakat di sekitar kompleks industri. Sedangkan BIOTROP (1) mengelola demonstrasi plot (demplot) pertanian, dan (2) memberikan pelatihan di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan, serta pengolahan pasca panen, sehingga masyarakat dapat terlibat dalam bisnis untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Program ini menargetkan 5 desa yang mencakup sekitar 12.000 keluarga, dan sejauh ini telah membagikan 64.000 benih ikan lele dan ikan mas serta 36.000 bibit pohon. Tujuan jangka panjang dari program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anggota masyarakat.
Setelah presentasi, peserta membahas keuntungan dan tantangan bermitra dengan lembaga pendidikan. Empat keuntungan yang dicatat dari hasil diskusi ini adalah: bahwa institusi pendidikan (1) memiliki kapasitas untuk melakukan penelitian bagi perencanaan program dan evaluasi, (2) dapat memobilisasi siswa sebagai agen perubahan untuk isu-isu pembangunan, (3) dapat memasukkan isu program dalam kurikulum untuk mendukung keberlanjutan program, dan (4) dianggap sebagai organisasi yang netral. Di sisi lain, tantangannya adalah (1) sistem birokrasi dan hirarki yang ada di sekolah maupun universitas, dan (2) rendahnya kesadaran pendidik tentang pentingnya isu-isu pembangunan selain pendidikan.